Senin, 12 Mei 2014

Mei

Kepadamu, Mei. 


Hari ini mungkin aku tidak banyak mengingat tentangmu, tapi sungguh aku tidak lupa.
aku mencoba banyak membaca, mencari tahu, berusaha mengembalikan memory yang hampir hilang diperkosa lupa.

Kepadamu, Mei.

saat itu aku baru duduk dibangku kelas dua sekolah dasar. Leherku yang masih dililit dasi karet berwarna merah dan kepalaku yang ditutup topi berwarna bendera negara, belum cukup mampu mencerna berita dan realita. 

Ketahuilah olehmu, Mei.

saat itu padahal aku sangat ingin sekali tahu apa yang sedang terjadi padamu, tapi jangankan membaca koran, menonton televisi saja ayahku bilang "Jangan!".
aku coba bertanya pada beliau 'Kenapa jangan Yah? ', beliau hanya menjawab. "Nanti pada waktunya, rasa penasaranmu yang akan memberitahumu sendiri, sekarang kamu lebih baik tidur, warna kita akan membuat kita baik-baik saja. "

aku mengangguk, tapi tidak mengerti. 
...

Dear, Mei. 

saat ini aku sudah banyak membaca, itu mampu menyegarkan ingatanku untuk terus melawan lupa. 

Dear, Mei. 

aku sungguh gemetar , antara merinding takut dan kesal ketika mengetahui jawaban rasa penasaran, apalagi ketika membaca bab dimana karena warnamu membuatmu diacuhkan, diasingkan, di'hitam'kan. disemayamkan secara kasar. 

membayangkanmu dipaksa melepas pakaian, warnamu dicoreng benda tajam, tak hanya tubuh, jiwamu pasti juga kesakitan, jauh lebih sakit dari perasaan sakitku yang padahal hanya sedang membayangkan.

Ketahuilah olehmu, Mei. 

Pagi ini, tidak lagi sama dengan hari pada 16 tahun lalu kala itu, warna tak lagi menjadikan seseorang berperan sebagai siapa musuh siapa pahlawan. kita sudah bisa berdampingan, bergandengan tangan, berpelukan atau malah menciptakan keturunan dari persilangan warna.

Ketahuilah olehmu, Mei. 

aku sebagai pemilik warna selainmu, hingga kini masih heran bahkan mungkin marah. seharusnya tidak perlu ada kotak, tidak perlu ada warna yang mengotaki atau dikotakkan. seperti sekarang ini, bukankah indah? 

Biarlah ya, Mei.

Semoga kamu menjadi pelajaran, menjadi catatan sejarah yang tidak perlu pengulangan. 

Semoga kamu yang telah pergi bermandi api akan tetap terang dikehidupan lain. 


Amin. 

Aku, yang akan selalu #MenolakLupa padamu. 

Mei. 



-@shamposachet

Kamis, 01 Mei 2014

MISTERI

"Segala yang terjadi dalam hidupku ini adalah sebuah misteri illahi, 
perihnya cobaan hanya ujian kehidupan." 
Ari Lasso-Misteri Illahi


Hidup ini sebuah misteri, siapa yang bisa menebak apa yang akan terjadi nanti? orang pinter? peramal? tukang sulap? tidak mungkin, apalagi tukang bajigur. yaelah.

mereka cuma 'menebak', menerka-nerka apa yang bakalan terjadi, sekalipun memang terjadi itu tak lepasnya atas kehendak sang penguasa alam semesta ini. 

ya, Tuhan.

gue pribadi gak pernah percaya sama ramalan-ramalan, sejenis ramalan zodiak, ramalan cuaca, apalagi ramalan kerja. gue gak percaya!

dulu, waktu masih labil gue rajin banget beli majalah remaja yang sok asik gitu, belum kenal aja udah manggil-manggil Hai hai gitu, apaan!

dulu setiap beli pasti gue baca ramalan zodiaknya. pernah ketulis...

Libra, asmara : pada tahun sekitar 2011 sampai tahun tak terkira akan seret jodoh. bersabarlah dan banyak-banyak update status facebook biar dapet simpati cewek-cewek.

fvk, abis baca itu gue langsung gak percaya sama yang namanya ramalan zodiak, dan semenjak itu pula gue memutuskan untuk langganan majalah lain. Majalah FHM. gambarnya lebih enak dilihat, diraba, diterawang. satu lagi, diMimpi basahkan.

ya, gue gak percaya sama ramalan-ramalan, karena menurut gue hidup itu punya misterinya sendiri-sendiri, tidak perlu buru-buru untuk diungkap, karena ketika kita sudah tau gambaran hidup yang akan datang, misteri sudah terpecahkan, hidup tidak akan jadi menarik lagi.

karena sejujurnya, gue akan lebih merasa tertantang menghadapi segala ke-Misteri-an hidup.

seperti halnya cerita Misteri hidup yang baru saja gue alami ini.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...